Jumat, 17 September 2010

5 Kabupaten di Riau Masih Terendam Banjir
Senin, 4 Januari 2010 - 12:07 wib
TEXT SIZE :

Banda Haruddin Tanjung - Okezone

Dok. okezone
PEKANBARU - Hingga kini, banjir yang diakibatkan hujan dan luapan suangai masih merendam sejumlah daerah di Riau. Dinas Kesejahteraan Sosial (BKS) Riau mencatat, lima kabupaten dan kota di Riau masih terendam banjir.

Kepala Dinas Sosial Riau Lukmat Mat menyatakan, lima kabupaten dan kota yang terendam yakni Kabupeten Indragiri Hulu (Inhu), Pelalawan, Kampar, Rohul, dan Pekanbaru.

”Ketinggian air dimasing-masing daerah bervariasi sekira satu hingga dua meter,” katanya, Senin (4/1/2010).

Dia merincikan, kabupaten paling parah terkena banjir yakni Inhu. Disini tercatat, sembilan kecamatan dan 56 desa terendam banjir. “Di Kabupaten Kampar, tiga kecamatan dan delapan desa, sedangkan di Rohul ada satu kecamatan dan lima desa yang masih terendam,” imbuhnya.

Akibat banjir itu, kata dia, jumlah kepala keluarga yang terkena banjir terbesar masih di Kabupaten Inhil yakni 5.661 KK, Pelalawan 3.552 KK, Kampar 2.950 KK, dan Rohul 1.050 KK.

Selain melanda pemukiman warga, banjir juga mengakibatkan berbagai lahan pertanian dan perkebunan milik warga terendam. “Banjir juga menyebabkan sejumlah akses jalan terputus karena terendam banjir,” pungkasnya.


Banjir di riau

MI/Rudi Kurniawansyah

PEKANBARU--MI: Hujan yang trus mengguyur wilayah Riau membuat banjir belum juga surut di sejumlah daerah di provinsi itu.

Pekan ini sekitar 60 keluarga korban banjir di Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, bahkan terpaksa mengungsi ke kantor kepala desa, karena rumah mereka terendam.

Pada pekan lalu, ribuan siswa mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Kampar terpaksa diliburkan karena banjir menggenangi bangunan sekolah mereka.

Tidak itu saja, puluhan sekolah di kabupaten tersebut juga menunda pelaksanaan ujian tengah semester hingga banjir akibat luapan Sungai Kampar tersebut surut.

Di Kabupaten Pelalawan, banjir terparah melanda Kecamatan Langgam dan Ukui. Camat Ukui Nipto Anim mengatakan, sekitar 60 keluarga yang mengungsi ke kantor kepala desa adalah penduduk Desa Lubuk Kembang Bunga dan Air Hitam.

Warga mengungsi karena rumah mereka terendam setinggi satu meter hingga 1,5 meter akibat luapan Sungai Batang Nilo.

"Hingga saat ini seluruh warga yang mengungsi masih bertahan di kantor kepala desa masing-masing. Belum tahu sampai kapan mereka akan bertahan di sana karena banjir masih berlangsung bahkan cendrung naik," jelas Nipto.

Meski demikian, lanjutnya, pemerintah sudah menyalurkan bantuan bahan pangan kepada para korban banjir.

Selain itu, Badan Kesejahteraan Sosial (BKS) juga akan mendistribusikan bantuan bahan pangan kepada para korban banjir di Kabupaten Indragiri Hulu.

Kepala BKS Riau Lukman Mat mengatakan Kecamatan Lubuk Batu Jaya dan Kelayang di Indragiri Hulu yang paling parah dilanda banjir. "Kami segera menyalurkan bantuan berupa beras, mi instan, obat flu untuk anak-anak, ikan sarden, dan perlengkapan mengungsi seperti terpal dan tenda. (BG/TH/OL-01)
Kebakaran Hutan dan Lahan Kembali Landa Riau
Nusantara / Rabu, 17 Februari 2010 14:44 WIB
Metrotvnews.com, Pekanbaru: Musibah kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di sejumlah wilayah di Riau daratan. Wilayah terparah berada di daerah pesisir pantai barat, sehingga kabut asap mulai menyelimuti daerah-daerah tersebut.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau Fadrizal Labay mengatakan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa wilayah di Riau mulai meningkat. Menurut BLH, sejak 16 Februari terpantau sebanyak 26 titik api yang tersebar 7 titik di Kabupaten Indragiri Hilir, 8 titik Kab Bengkalis, 7 titik di Kota Dumai, 2 titik di Kab Pelalawan, dan masing-masing 1 titik di Kab Rokan Hilir dan Siak.

"Namun saat ini menurut pantauan kami jumlah titik api terus bergerak. Ada beberapa daerah yang titik apinya bertambah dan ada juga yang berkurang. Titik api ditemukan bertambah di Kabupaten Indragiri Hilir, Pelalawan, Bengkalis dan Rokan Hilir," kata Fadrizal, Rabu (17/2).

Sementara di Pulau Sumatra terpantau 36 titik api.

Temuan tersebut, katanya, langsung dilaporkan ke Gubernur Riau serta instansi terkait di kabupaten dan kota yang wilayahnya terjadi kebakaran hutan dan lahan. “ Sudah kita laporkan, dan kita minta aparat di kabupaten dan kota segera melakukan tindakan untuk mengatasi kebakaran lahan tersebut. Minimal mencegah kebakaran tidak meluas,” tegasnya.

Musibah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau memang amat klasik. Setiap musim kemarau tiba, sudah dapat dipastikan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan kembali menyelimuti wilayah Riau. Sehingga setiap kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan dampak kabut asap disikapi dengan tindakan yang biasa.

"Karena peristiwa ini dianggap sudah biasa, maka penanganannya biasa-biasa saja. Aparat terkesan apatis dengan peristiwa ini, meski anggaran untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Riau terus ditingkatkan," kata Harijal Jalil, Koordinator LSM Tropika Sumatera.

Sebelumnya, BLH Riau mengungkapkan telah dialokasikan anggaran sebanyak Rp3,5 miliar dari APBD Riau 2010, untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Riau. Anggaran tersebut dibawa koordinasi Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Pusdalkarhutla) Riau yang penggunaannya lebih ditekankan untuk biaya operasional upaya pencegahan dan penanggulangan.

Dalam sepekan terakhir hampir seluruh wilayah Kota Dumai, diselimuti kabut asap. Ini karena kebakaran yang terjadi di lahan kosong tak jauh dari kota pelabuhan itu.

Selain lahan kosong, kebakaran juga meluas ke perkebunan kelapa sawit milik warga di kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai. Diperkirakan, kebakaran berawal dari pembukaan areal perladangan yang dilakukan warga dengan cara membakar.

Sekitar 30 hektare lahan kosong dan areal perkebunan kelapa sawit di Kota Dumai masih dilanda kebakaran.

"Biasanya jika musim kemarau, peladang berpindah-pindah memanfaatkan membuka ladang dengan cara membakar. Namun, karena pengetahuan mereka minim, mereka membakar dengan cara serampangan dan api dengan mudah meluas," kata Fitriadi, salah seorang pemuda di Kecamatan Medang Kampai.

Sementara Bastianto, Komandan Operasional Manggala Agni Dinas Kehutanan Dumai mengatakan upaya pemadaman terkendala tiupan angin yang cukup kencang.

"Selain itu, lokasi kebakaran cukup jauh dari badan jalan sehingga menyulitkan tim pemadam menjangkau lokasi," katanya. (MI/ICH)
Hutan Alam Riau Makin Terancam

Perjanjian penurunan emisi akibat penggundulan dan degradasi hutan Indonesia dan Norwegia tampaknya sulit menyelamatkan hutan alam di Riau. Pemerintah harus bekerja lebih serius untuk mencegah penggundulan hutan alam Riau yang sebagian besar dikepung areal hutan tanaman industri dan perkebunan yang memiliki izin. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi di Jakarta, Selasa (15/6). Greenomics Indonesia adalah organisasi nonpemerintah yang aktif mengkaji aspek ekonomi lingkungan dan kehutanan.”Ada 711.971,5 hektar hutan alam Riau yang berada di areal konsesi hutan tanaman industri dan perkebunan yang tidak bisa diselamatkan oleh letter of intent (LOI) Indonesia dan Norwegia. Hutan alam yang bakal dikonversi tersebut berada di 34 areal izin konsesi HTI dan 93 konsesi perkebunan,” kata Elfian. Data tersebut merupakan hasil analisis citra satelit Greenomics Indonesia yang dibuat akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010.
Indonesia dan Norwegia membuat LOI penurunan emisi akibat penggundulan dan degradasi hutan dengan komitmen bantuan 1 miliar dollar AS yang dicairkan bertahap sesuai dengan prestasi yang dicapai. Norwegia meminta Indonesia menghentikan sementara penerbitan izin konversi hutan alam dan lahan gambut di provinsi lokasi percontohan mulai Januari 2011 sampai Desember 2013. Menurut Elfian, perizinan yang ada sebelum LOI terbit tersebut berpotensi memicu pelepasan sedikitnya 178 juta ton karbon ekuivalen akibat konversi hutan alam. Aktivitas ini akan menghilangkan potensi nilai karbon sedikitnya 1,98 miliar dollar AS per tahun. ”Jika Kementerian Kehutanan tak mengambil kebijakan moratorium konversi hutan alam Riau sekarang ini, maka sembilan blok hutan alam Riau yang tersisa bakal menjadi kenangan,” ujarnya. (Kompas, hal 23)
Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau : Penyebab, Dampak dan Solusi bagi Penetapan Kawasan Rawan Bencana
Ditulis oleh raflis di/pada Februari 26, 2009
Setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan. Kejadian ini sudah menjadi issu penting dan merupakan sebuah rutinitas yang menghabiskan APBN dan APBD yang cukup besar jumlahnya untuk pemadaman kebakaran. Belum lagi kalau dihitung dampak kesehatan terhadap jutaan masyarakat yang terkena dampak dari asap yang ditimbulkan.
Sampai Saat ini penanggulangan kebakaran hutan sebatas upaya pemadaman api pada saat kebakaran terjadi. Sedangkan perencanaan menyeluruh belum dilakukan bahkan dalam konfrensi pers yang dilakukan wakil gubernur riau yang juga menjabat sebagai ketua pusdalkarhutha (Pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan) baru baru ini tidak menggambarkan perencanaan yang utuh dalam penaggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Munculnya bencana asap di riau setiap tahun (periode 2000-2008) diakibatkan oleh izin pemanfaatan ruang yang diberikan terhadap perusahaan besar yang ada di provinsi riau dengan kontribusi titik api berjumlah sekitar 34748 atau 60,88%.
Kebakaran Terjadi Akibat degradasi lingkungan sebagai akibat dari pemberian izin pemanfaatan ruang pada kawasan yang berkategori lindung menurut kepres 32 tahun 1990, PP 47 tahun 1997 dan PP 26 tahun 2008.
Jumlah Titik api yang menimbulkan asap berada pada kawasan bergambut pada periode 200-2008 dengan jumlah titik api 39.813 atau 69,76% dari total titik api.
Penyebab dari kebakaran pada kawasan bergambut terjadi karena pembuatan drainase skala besar, sehingga mengganggu keseimbangan hidrologi pada kawasan gambut pada musim kemarau.
Terjadinya kebakaran berulang setiap tahun mengindikasikan bahwa pengelolaan kawasan bergambut gagal dikelola sebagai kawasan budidaya.
Banjir di riau akibat illegal logging

Selasa, 25/03/2008 16:44 WIB

Pekanbaru - Banjir terus meluas di Provinsi Riau. Bencana alam ini diduga tidak terlepas dari rusaknya kawasan hutan akibat illegal logging.

"Bisanya banjir di Riau tidaklah separah sekarang ini. Tapi sekarang ini sudah lebih dari 6 kabupaten dan kota dilanda banjir. Ini semua tidak terlepas dari aktivitas illegal logging yang terjadi selama ini," tegas Kapolda Riau, Brigjen Sutjiptadi ketika meninjau lokasi banjir di Kecamatan, Rumbai, Pekanbaru, Selasa (25/3/2008).

Menurut Sutjiptadi, banjir sudah berjalan lebih dari tiga pekan di wilayah Riau merupakan imbas langsung dari rusaknya kawasan hutan. Kawasan hutan yang rusak tidak lagi mampu menahan resapan air di kala musim hujan.

"Nah sekarang akibat illegal logging itu, kita semua yang jadi korbannya. Liatlah sekarang ini hujan sebentar saja hampir semua kawasan menjadi banjir. Kalau sudah banjir rakyat juga yang sengsara," kata Sutjiptadi.

Namun ketika didesak wartawan tentang penyidikan Gubernur Riau dan sejumlah bupati yang terlibat illegal logging, Sutjiptadi enggan berkomentar. "Wah, jangan tanya soal penyidikan dulu. Inikan momennya lagi banjir, kok malah tanya yang lain-lain," celetuk Kapolda Riau sembari tertawa.

Kehadiran Kapolda Riau itu untuk memberi bantuan sembako kepada korban banjir. Selain itu pihak kepolisian juga akan diterjukan ke lokasi banjir untuk memberikan rasa aman bagi korban banjir.

"Kita akan menurunkan tim patroli dalam mengamankan warga korban banjir. Sebab, saat ini warga banyak yang mengungsi ke tepi badan jalan. Jadi perumahan warga yang ditinggalkan akan kita jaga bersama dengan masyarakat," kata Sutjiptadi. (cha/djo)

Banjir Pekanbaru Meluas, Lebih dari 2 Ribu Rumah Tergenang Air
Chaidir Anwar Tanjung - detikNews

Pekanbaru - Banjir di Pekanbaru, Riau, belum ada tanda-tanda akan surut. Sebaliknya, banjir malah kian meluas dan menyebabkan lebih dari 2.000 rumah penduduk tergenang air setinggi 2 meter.

Memasuki hari kedua, banjir di Pekanbaru kian meluas. Banjir ini terjadi Kecamatan Rumbai Pesisir yang berada di bantaran sungai Siak yang merupakan sungai terdalam di Indonesia.

Pantuan detikcom, Selasa (25/3/2008), air luapan dari sungai Siak ini berwarna kuning kecoklatan. Sampah-sampah berserakan di sekitar rumah penduduk yang tergenang air. Warga terlihat sibuk untuk mengemasi barang-barangnya dari dalam rumah untuk diselamatkan.

Ketua RW 02, Kelurahan Sidomulyo, Guntur Siregar, menjelaskan, setidaknya di wilayahnya ada sekitar 390 Kepala Keluarga (KK) atau setera 1.712 jiwa. Dari jumlah itu 80 rumah penduduk sudah tergenang air.

"Hari ini banjir makin parah. Kini ketinggian air sudah mencapai 2 meter. Warga kami mengevakuasi barang-barangnya ke tepi jalan," kata Guntur Siregar. (cha/djo)

Lembah Anai Longsor, Jalur Padang-Riau Putus

VIVAnews - Jalur utama Padang menuju Pekanbaru melewati Padangpanjang kembali terputus sejak tadi sore. Hujan deras yang mengguyur kawasan cagar alam membuat tebing terjal di kawasan Jembatan Pergedel longsor.

Menurut Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Sumatera Barat Ade Edwar, longsor terjadi di sejumlah titik. "Saat ini tim SAR telah diturunkan ke lokasi untuk mengatasi longsor," ujar Ade Edwar, Jumat, 16 April 2010.

Menurut pengendara sepeda motor yang sempat melewati kawasan tersebut, besarnya air sungai yang berada di sisi jalan menyebabkan badan jembatan mengalami terban. "Air sungai membesar dan menggerus dinding jembatan," kata Yosse, pada VIVAnews.

Akibat longsor tersebut, macet panjang tak bisa dihindari di kawasan Air Mancur. Banyak pengguna jalan yang mengalihkan kendaraannya melewati jalur Solok menuju Bukittinggi. Menurut tim ahli dari BKSDA Sumbar yang sempat meninjau kawasan hutan lindung tersebut saat terjadi longsor beberapa waktu lalu, keretakan akibat diguncang gempa 7,9 SR akhir September lalu mengakibatkan longsor tidak bisa dihindari saat hujan lebat mengguyur.

Sejauh ini, Tim SAR dari gabungan dari pemerintah daerah dan provinsi serta TNI sudah berada di lokasi. Sejumlah alat berat juga dikerahkan ke lokasi longsor.Hingga saat ini, tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan akibat bencana longsor tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar